Senin, 26 Oktober 2009

sebuah karya dari khalil gibran

IBU

Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir – bibir manusia.
Dan “Ibuku” merupakan sebutan terindah.
Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa.

Ibu adalah segalanya. Ibu adalah penegas kita dilaka lara, impian kta dalam rengsa, rujukan kita di kala nista.
Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi. Siapa pun yang kehilangan ibinya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa
merestui dan memberkatinya.

Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu. Matahari sebagai ibu bumi yang menyusuinya melalui panasnya.
Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam merebahkannya dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan dan sesungaian.

Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan. Bumi menumbuhkan, menjaga dan membesarkannya. Pepohonan
dan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan dan bebijian.

Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud.
Penuh cinta dan kedamaian.

:+: Khalil Gibran :+:

CINTA (II)

Mereka berkata tentang serigala dan tikus
Minum di sungai yang sama
Di mana singa melepas dahaga

Mereka berkata tentang helang dan? hering
Menjunam paruhnya ke dalam bangkai yg sama
Dan berdamai – di antara satu sama lain,
Dalam kehadiran bangkai – bangkai mati itu

Oh Cinta, yang tangan lembutnya
mengekang keinginanku
Meluapkan rasa lapar dan dahaga
akan maruah dan kebanggaan,
Jangan biarkan nafsu kuat terus menggangguku
Memakan roti dan meminum anggur
Menggoda diriku yang lemah ini
Biarkan rasa lapar menggigitku,
Biarkan rasa haus membakarku,
Biarkan aku mati dan binasa,
Sebelum kuangkat tanganku
Untuk cangkir yang tidak kau isi,
Dan mangkuk yang tidak kau berkati

CINTA (III)

Kelmarin aku berdiri berdekatan pintu gerbang sebuah rumah ibadat dan bertanya kepada manusia yang lalu-lalang di situ tentang misteri dan kesucian cinta.
Seorang lelaki setengah baya menghampiri, tubuhnya rapuh wajahnya gelap. Sambil mengeluh dia berkata, “Cinta telah membuat suatu kekuatan menjadi lemah, aku mewarisinya dari Manusia Pertama.”

Seorang pemuda dengan tubuh kuat dan besar menghampiri. Dengan suara bagai menyanyi dia berkata, “Cinta adalah sebuah ketetapan hati yang ditumbuhkan dariku, yang rnenghubungkan masa sekarang dengan generasi masa lalu dan generasi yang akan datang.’

Seorang wanita dengan wajah melankolis menghampiri dan sambil mendesah, dia berkata, ‘Cinta adalah racun pembunuh, ular hitam berbisa yang menderita di neraka, terbang melayang dan berputar-putar menembusi langit sampai ia jatuh tertutup embun, ia hanya akan diminum oleh roh-roh yang haus. Kemudian mereka akan mabuk untuk beberapa saat, diam selama satu tahun dan mati untuk selamanya.’

Seorang gadis dengan pipi kemerahan menghampiri dan dengan tersenyum dia berkata, “Cinta itu laksana air pancuran yang digunakan roh pengantin sebagai siraman ke dalam roh orang-orang yg kuat,? membuat mereka bangkit dalam doa di antara bintang-bintang di malam hari dan senandung pujian? di depan matahari di siang hari.’

Setelah itu seorang lelaki menghampiri. Bajunya hitam, janggutnya panjang dengan dahi berkerut, dia berkata, “Cinta adalah ketidakpedulian yang buta. la bermula dari hujung masa muda dan berakhir pada pangkal masa muda.’

Seorang lelaki tampan dengan wajah bersinar dan dengan bahagia berkata, ‘Cinta adalah pengetahuan syurgawi yang menyalakan mata kita. Ia menunjukkan segala sesuatu kepada kita seperti para dewa melihatnya.’

Seorang bermata buta menghampiri, sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya ke tanah dan dia kemudian berkata sambil menangis, ‘Cinta adalah kabus tebal yang menyelubungi gambaran sesuatu darinya atau yang membuatnya hanya melihat hantu dari nafsunya yang berkelana di antara batu karang, tuli terhadap suara-suara dari tangisnya sendiri yang bergema di lembah-lembah.’

Seorang pemuda, dengan membawa sebuah gitar menghampiri dan menyanyi, ‘Cinta adalah cahaya ghaib yang bersinar dari kedalaman kehidupan yang peka dan mencerahkan segala yang ada di sekitarnya. Engkau bisa melihat dunia bagai sebuah perarakan yang berjalan melewati padang rumput hijau. Kehidupan adalah bagai sebuah mimpi indah yang diangkat dari kesedaran dan kesedaran.’

Seorang lelaki dengan badan bongkok dan kakinya bengkok bagai potongan-potongan kain menghampiri. Dengan suara bergetar, dia berkata, “Cinta adalah istirahat panjang bagi raga di dalam kesunyian makam, kedamaian bagi jiwa dalam kedalaman keabadian.?

Seorang anak kecil berumur lima tahun menghampiri dan sambil tertawa dia berkata, “Cinta adalah ayahku, cinta adalah ibuku. Hanya ayah dan ibuku yang mengerti tentang cinta.”

Waktu terus berjalan. Manusia terus-menerus melewati rumah ibadat. Masing-masing mempunyai pandangannya tersendiri tentang cinta. Semua menyatakan harapan-harapannya dan mengungkapkan misteri-misteri kehidupannya.

(Dari ‘The Forerunner))

:+: Kahlil Gibran :+:

Kamis, 16 April 2009

cinta itu telah mati

lautan ... datangkan ombak yang remukkan karang..biarkan buih menjadi cinta... damaikan hati yang sedang membara...saat dekat cinta itu jauh.. melayang terbawa angin kesedihan...saat kembali cinta itu telah mati...tetap hampa.. bersama gairah yang tak berarti...selesailah bait cerita dari kisah asmara anak manusia ...

Senin, 06 April 2009

cintaku…

cintaku…
seutuhnya hanya untukmu semua yang ada..
setiap lembaran dari puisi jiwa …
tertuang dalam untaian kata yang indah…

kupersembahkan padamu ..
saat purnama menerangi kalbuku….
Kaulah nafas dari bait asmara…
Yang tertuang dalam cawan cinta…

Terberkatilah cinta kita …
Selamanya…
Saat musim berganti…
Saat angin berhembus…

Setiap hembusan nafasku…

Setiap hembusan nafasku…
Aku merindukanmu..
Saat angin bertiup disela dedaunan cemara..
Aku mendengar namamu..

Satu kuntum dari kelopak kesetiaan …
Selalu ada dalam hatiku ..
hingga kini…
selalu mencintaimu….

Mengingatmu membuatku tegar…
Kenangan denganmu walau sesaat ….
Membelengguku dengan semua harapan..
Untuk Bertemu denganmu ..
Sebentar saja…
Mengutarakan segala kisah terpendam dari masa lalu ..
saat bersama denganmu dulu..

Sabtu, 04 April 2009

दलम gelap

satu melati menghiasi di setiap hari..
di masa lalu harapan hanya satu cinta suci menghias pagi..
saat ini kelam telah mengajarkan dendam..
hati putih pun terbawa sayap-sayap malam..

satu hati datang ...
ditengah badai yang menerjang...
satu hati hilang ditengah bara yang membakar..
satu hati bertahan diatas karang berdiri dengan tegar..

apakah bintang malam selamanya akan berpijar...
tanpa henti dan tak pernah mati...
walau kabut kebencian menyelimuti..
dan awan tebal menjadi panji di setiap pagi..

biarlah seperti ini...
dalam gelap tak pernah terlelap...
sampai nanti......

selalu saja ....

selalu saja ....
kau mengulang keangkuhanmu dimasa silam...
aku bosan dengan semua ini..
disaat aku merindukan kasih sejati ..
kau rajam hatiku dengan wajah kakumu..
lakumu bagai mentari yang sempurna dengan cahaya pagi..
membuat mimpiku tentang savana lenyap seketika..
semua ini tak berarti lagi..
apa makna cinta yang saat ini kita jalani..
setiap hari selalu seperti ini ...
bagai berjalan datas tumpukan kaktus yang telah mati