Kamis, 31 Juli 2008

Mendung Di Barat Laut


Pagi hari itu di bulan November tahun 2001, aku terbangun dari mimpi buruk yang kualami , diliuar hujan turun dengan derasnya terdengar beberapa kali petir menggelegar diangkasa, aku turun dari tempat tidur dan berjalan ke teras depan yang tepat berada didepan kamarku, kamarku tidak terlalu luas mungkin sekitar 3x2 m persegi hanya ada kamar mandi kecil dibelakang , dan teras kcil juga di bagian depannya. Aku duduk di teras depan sambil menatap halaman polsek Rote Barat Laut ,sepi hanya terdengar suara jangkrik di kejauhan, kecamatan RBL adalah daerah yang paling barat sebelum kecamatan RBD , RBL memang termasuk tempat yang sangat sepi dimalam harinya penerangan juga terbatas namun alamnya sangat indah sekali , tanahnya yang subur dan banyak bukit kecil yang menawan.. dan sekarang aku berdinas disini , di RBL tercinta banyak kenangan yang tak bisa kulupakan ditempat ini , tempat inilah yang mengajarkanku bagaimana menghadapi cobaan hidup di dunia yang fana ini, tempat inilah yang menyadarkanku bahwa bahwa waktu terus berjalan, waktu tak bisa kembali, dan waktu adalah takdir bagi setiap mahluk di alam ini. Aku menatap kelangit yang pekat, yang tertutup oleh mendung yang menggantung sejak sore tadi , hatiku sesak… aku teringat lagi kejadian itu.. kejadian yang meluluhkan akal dan fikiranku .. kejadian yang mencabik hatiku menjadi jutaan lara, kejadian yang saat ini merubah wanita yang kucintai menjadi petir yang menyengat jiwaku. A N I T A gadis pertama yang kukenal dalam kisah cintaku , A N I T A .. gadis pertama yang mengisi hatiku disaat 20 tahun kehidupanku, A N I T A yang yang selama ini menjadi surga dalam hidupku, kini menjadi tangis dalam setiap mimpiku.. air mataku menetes aku berusaha untuk bezikir , dan melupakannya ,namun tak bisa bayangan anita dengan pria lain tak bisa hilang begitu saja , itu membuat nafasku sesak, pantas saat di kupang anita selalu sulit untuk menemuiku, selalu penuh alasan dan penuh ketakutan , ia selalu berkata “ kak aku hanya takut, nanti ayahku tau, dia pasti tidak setuju aku pacaran dengan orang yang beda budaya “, aku selalu mengerti posisinya dan aku tidak pernah memaksanya untuk bertemu denganku bahkan aku pernah berkata padanya “ Ta kalau kamu benar –benar yakin sama aku dan kamu benar-benar mencintaiku maka siapkan hatimu untuk menghadapi kenyataan nanti , kalau rasa cintamu besar .. maka kamu akan siap menghadapi badai yang akan datang , kamu udah tau resikonya .. kita memang berbeda namun cinta itu tak mengenal perbedaan Ta , ia datang seperti hujan .. tapi Ta ..aku tak memaksamu , kalau suatu saat ada yang lebih baik dariku dan ia mencintaimu lebih dari cintaku padamu, dan dia juga lebih bisa membahagiakanmu lebih dari aku mebahagiakanmu maka aku akan mundur , mundur bukan berarti aku tidak mencintaimu tapi justru karena aku sangat sayang sama kamu aku hanya ingin melihat orang yang aku sayangi bahagia walau aku akan nelangsa seumur hidupku.. tapi satu yang ku mohon darimu .. ‘KEJUJURAN’ itu saja , jangan pernah sembunyikan apapun dariku karena aku akan selalu berterus terang padamu “ saat itu anita menangis ia memelukku dan mengatakan akan selalu mencintaiku, namun kini… didepan mataku ia di rengkuh oleh pria itu .. aku sangat benci.. aku dendam.. aku nelangsa.. namun dalam relung hatiku yang paling alam aku masih mencintainya “ Oh tuhan aku tak kuat dalam sakitku, kuatkan aku menghadapi perih yang menjadi buih dalam hatiku, aku rapuh tanpa hadirmu” . kucoba menghilangkan bayang anita sesaat saja walau sulit , aku berusaha meredamnya, “ Fajar “ suara andi ditengah derasnya hujan membuyarkan lamunanku, aku menoleh kearah polsek yang berada tepat disamping kiri kamarku polsek itu agak gelap karena terasnya hanya
diterangi oleh bohlam 15 watt “ jar , ada TO baru, perintah dari pak kapolsek segera merapat “ aku tersenyum dan mengacungkan jempol kananku, lalu aku beranjak kedalam kamar sambil menyeka air mataku, aku segera berganti pakaian , aku mengambil Revolver Colt 38 dan borgol dilemari aku hanya mengenakan kaos putih dan celana jins biru faforitku aku segera keluar kamar dan berlari kecil ditengah lebatnya nya hujan, menuju bangunan polsek, aku tak merasakan dinginnya butiran hujan yang meresap di kaos tipisku, mungkin saat itu hatiku benar-benar membara oleh kebencian terhadap Anita , aku menuju ruangan kapolsek disana hanya ada kapolsek, ipda zaenal , andi ,rudi dan satu orang lagi yang tidak ku kenal , rudy dan andi satu letting denganku namun satu orangnya aku tidak kenal , pak zaenal memerintahkanku untuk duduk lalu ia mulai menjelaskan padaku “ begini jar , kasus pembunuhan si cris yang kemarin udah menunjukkan titik terang, tadi rudi sudah mendapatkan saksi kunci dari kasus ini , ini orangnya “ pak zaenal mnunjuk kearah orang yang duduk disebelah kiri andi, orang itu mengangguk kepadaku dan kubalas dengan sedikit senyum “ katanya ia melihat saat kris dibonceng dengan motor kearah nggelak tempat mayatnya di temukan, yang bawa itu namanya paul ia orang kupang dan pak santos ini teman SMU nya, nah besok siang kamu dengan andi berangkat kesana, kalian buru si paul , nanti minta alamatnya pada bapak ini” setelah itu aku mengumpulkan segala informasi tentang paul lalu aku kembali kekamarku dan berusaha kembali tidur walau dengan bayangan anita yang menusuk jiwaku.
Siang hari itu tanggal 12 November 2001 aku berangkat kekupang bersama andi, sesampainya di bolok tepat jam 7 malam aku bergegas ketempat motor TS milik dinas di dek bawah , lalu aku berboncengan dengan andi menyusuri jalanan bolok menuju kupang, aku langsung menuju rumah 7, karena informasi yang aku dapatkan dari pak santos , paul tinggal disana, setalah bertanya kepada penduduk sekitar seorang kakek mengenal keluarganya paul dan mengajak kami ke rumahnya, rumah itu dicat warna abu-abu letaknya dekat dengan pantai, aku mengetuk pintu depannya tak lama keluar sorang wanita yang umurnya kuperkirakan 50 an tahun, setelah memperkenalkan diri dan memberitahu maksud dan tujuan kami , ibu itu mempersilahkan kami masuk , namun yang aku bingungkan tidak Nampak sedikitpun raut terkejut di wajah ibu itu seolah ia telah sering mendengar masalah seperti ini setelah duduk ibu itu mulai menceritakan tentang anaknya kepada kami “ begini bapak-bapak polisi , paul itu semenjak dulu memang sering membuat masalah ia sudah pernah dua kali masuk penjara karena hampir membunuh orang , yang terakhir satu tahun lalu saat ia memukul dan menikam anak dari oebobo , karena itu bapaknya mengusirnya dan sekarang entah ia tinggal dimana” , aku menyimak cerita ibu itu “ ibu kalau dia tidak tinggal disini lagi mungkin ibu pernah mendengar ia tinggal dimana?” , ibu itu menghela nafas “ yang ibu dengar ia sekarang tinggal di BTN Kolhua tapi letaknya ibu tidak tahu pak “ ujar ibu itu “ baiklah kalau begitu , tapi kami butuh fotonya yang terahir , mungkin ibu bisa memberikannya kepada kami? “. “ foto-fotonya sudah dibakar oleh bapaknya , tapi tunggu ! ibu masih menyimpan satu saja , foto itu saat ia dengan pacarnya , ia memberitahu ibu kalau ia ingin menikahi gadis itu , ia tahu bapaknya marah padanya karena itu ia hanya menceritakan hal ini pada ibu, sebagai seorang ibu seburuk apapun dia namun ibu yang melahirkannya dia tetap darah daging ibu, sebentar ibu ambilkan “ ibu itu bergegas masuk kamar ,ada terselip rasa kagumku pada ibu itu , ia adalah seorang ibu sejati yang tetap mencintai darah dagingya walau seburuk apapun anaknya , tidak seperti ibu – ibu saat ini yang bisa dengan tega membuang anaknya karena takut malu karena ia melakukan perbuatan tercela atau tekanan ekonomi , aku teringat akan ibuku , beliau mempunyai sifat yang sama dengan ibu ini dulu saat aku sering berkelahi dan memukul anak-anak seusiaku orang tuanya sering datang mengamuk ke sd 11 tempatku sekolah dan kadang ada yang mengancam dengan parang, ibuku yang kebetulan seorang guru disana, tanpa kenal takut beliau berdiri di depan dan membelaku..tiba-tiba aku sangat merindukan ibu… aku ingin sekali saat ini .. saat hatiku hancur saat duniaku hampa ibuku berada disampingku dan memberikan pangkuannya untukku aku sangat ingin menceritakan sakitku ..perihku , namun tak bisa karena saat ini ibuku jauh diseberang lautan sana.. ditempat Rinjani, tanah kelahiranku .. tanah edelweiss yang cantik .. bunga abadi yang lambangkan cinta dan kesetiaan. tak lama ibu itu keluar dengan membawa selembar foto anaknya , aku mengambil dan melihatnya , aku terkejut bukan main foto itu adalah foto paul sedang merangkul seorang gadis , gadis yang amat kukenal .. gadik yang 6 bulan terahir mengisi mimpi dalam setiap tidurku.. aku ingin teriak aku ingin menangis namun aku tahan , aku berbisik pada diriku “ fajar kamu seorang polisi , ayolah ini hanya ombak kecil dalm samudra hidupmu .. kamu harus hadapi !! ayolah kamu seorang prajurit..hadapi.!!! jangan jadi kerdil “ , andi menatapku ia tau yang kurasakan karena aku pernah bercerita tentang anita padanya dan ia mengenal anita aku pernah menunjukkan fototnya pada andi…ia tau aku terluka ia memegang bahuku andi adalah sahabatku dari pertama mengikuti pendidikan Kepolisian di spn kupang, ia ikut kakaknya yang bertugas di spn kupang juga dan ia daftar masuk polisi dari sini . “ ada apa pak polisi ?” ibu itu bertanya ia bingung karena kami diam agak lama, “ oh tidak apa-apa ibu “ andi menjawab pertanyaan ibu itu , “ teman saya masih meneliti foto ini” ujarnya mengalihkan perhatian, “ kalau begitu kami mohon diri dulu kami bawa fotonya “ ujar andi pamit kepada ibu itu kami keluar aku berjalan dengan langkah gontai menuju motor TS kami aku berhenti sejenak , aku menatap keangkasa aku melihat bintang berkerlip dilangit malam aku bertanya dalam diri pernahkan bintang itu merasakan perih seperti yang kurasakan???? Saat ini aku sangat ingin seperti bintang itu …” Tuhan apa yang harus kulakukan sekarang … peria ini adalah pembunuhnya dan ia juga yang membunuh cintaku…aku harus mencarinya bisa saja ia membahayakan keselamatan anita, walau demi tuhan aku sangat membencinya saat ini, namun aku juga sangat mencintainya…..
Bersambung…


1 komentar:

Anonim mengatakan...

panjang amir boz...
nanti bru di lanjutin dech baca nya...
^^

gw temennya ing...
salam